Oleh; Dr.H. Nur Ihsan Lc.,MA[1]
- Pendahuluan
Bulan Muharrom atau Syuro (Asyuro) merupakan bulan yang penuh dengan sejarah, yang mana bulan ini mempunyai fenomena yang warna-warni. Sehingga bulan ini mempunyai cerita yang multi dimensi yang bisa dilihat dari berbagai sisi. Sisi pertama bisa digali dari ranah kejawen, adat jawa memandang bahwa bulan Syuro merupakan salah satu dari bulan yang penuh dengan arti di antara bulan-bulan yang tercipta, karena bulan ini merupakan bulan pembuka dari bulan yang diturunkan Ilahi, dari pandangan inilah banyak dari mereka yang mensemedikan pusaka untuk dijamas atau dicuci hingga menjadi pusaka yang siap saji.
Sisi yang lain, bulan Syuro menjadi titi wancinya kewajiban yang diberikan kepada Umat Rasulullah Saw untuk berpuasa. Konon, dulu orang Islam diwajibkan untuk berpuasa pada hari “Asyuro”, dan mereka kaum muslimin dan kaum sebelumnya hanya berpuasa satu kali dalam satu tahun, lalu kemudian turunlah wahyu, untuk memberikan kewajiban baru bahwa Umat Rasulullah wajib melakukan puasa pada bulan Ramadhan sebulan penuh.
Dari titik tolak ini, sebenarnya ada sudut lain yang diperhatikan khalayak umum, yaitu adanya banyak fenomena yang terjadi pada hari Asyura. Dari area ini, kejadian yang ada membawa dampak atas sakralitas bulan tersebut. Sehingga sakralitas ini tidak hanya tersaji pada tanggal satu di bulan Muharrom saja, akan tetapi pada tanggal sepuluh juga menciptakan dampak atas saktinya tanggal itu. Dari beberapa world view tadi, perlu kiranya kita elaborasi lebih dalam, sampai dimanakah sakralitas dan keistimewaan bulan Muharrom.
- Definisi Asyuro
Asyuro secara bahasa mempunyai arti “sepuluh”, ia berasala dari kata “asyara” yang bermakna “ke-sepuluh”. Sedangkan menurut istilah Asyuro adalah tanggal ke-sepuluh pada bulan Muharrom (Syuro) pada setiap tahunnya.[2]
Dari definisi ini, perlu kiranya ada fokus pemahaman bahwa puasa Syuro yang dimaksud adalah puasa yang dilakukan pada tanggal sepuluh di bulan Muharrom. Walaupun demikian, masyarakat jawa lebih cenderung melakukan ritualitas terdalam pada tanggal satu di bulan Muharrom. Karena tanggal satu di bulan Muharrom ini merupakan wujud pintu baru yang harus dimasuki dan dilewati dengan beberapa persiapan yang multi. Maka, untuk menyongsong pintu baru, era baru, zaman baru dan eksistensi yang baru membutuhkan persiapan yang ekstra yang penuh dengan stamina.
- Sejarah bulan Muharrom sebagai tahun baru Hijriah
Secara umum, bulan Syuro (Muharrom) lebih dikenal dengan tahun baru hijriyah, yang mana pada bulan ini, Nabi Muhammad Saw melakukan hijrah yang pertama kali menuju kota Madinah Al-Mukarromah. Fenomena ini dijadikan momentum oleh para sahabat untuk menjadikan tahun baru dalam kalendernya. Selain dari pada itu, hijrahnya sang Nabi dan para sahabatnya menjadi peristiwa sejarah yang sangat besar dalam penanggalan Islam yang kita kenal hingga saat ini.[3]
Adapun alasannya bulan Muharrom dijadikan tahun baru Hijriah adalah karena Muharam merupakan bulan pertama dalam kalender masyarakat Arab di masa masa silam. Kemudian Di bulan Muharam, kaum muslimin baru saja menyelesaikan ibadah yang besar yaitu haji ke baitullah. Alasan selanjutnya adalah karena Pertama kali munculnya tekad untuk hijrah terjadi di bulan Muharam. Karena pada bulan sebelumnya, Dzulhijah, beberapa masyarakat Madinah melakukan Baiat Aqabah yang kedua.[4]
Di lain sisi, masyarakat Jawa juga menggunakan kalender Islam yang nota bene tahun baru mereka disebut dengan bulan Syuro. Akan tetapi mereka (kaum jawa) lebih cenderung dijadikan sebagai wahana mistis dalam kehidupan mereka. Lebih seringnya, kaum jawa menjadikan bulan Syuro ini sebagai alat untuk introspeksi diri, tirakatan, pasanan, wiridan, melekan dan lebih mendekatkan diri kepada Tuhan sang maha kuasa.
Di titik lain, ada entitas khusus yang justru banyak dijamah dan dilakoni yaitu menirakati adalah puasa Asyuro, yaitu puasa yang dilakukan pada tanggal 10 bulan muharrom. Konon puasa pada tanggal sepuluh pada bulan muharrom ini mampu menebus dosa setahun yang lalu. Dengan alasan banyaknya fenomena dalam sejarah keislaman yang dialmi oleh tokoh-tokoh dan figure islam.
- Fenomena yang terjadi pada hari Asyuro (Muharrom)
- Diterima taubatnya Nabi Adam
- Kiamat terjadi pada hari Asyuro
- Kerajaan nabi Sulaiman diberikan
- Allah swt menurunkan kitab Taurat kepada nabi Musa
- Diselamatkannya nabi Nuh dan kaumnya dari kapal
- Diselamatkannya nabi Ibrahim dari api yang membakarnya
- Nabi Yusuf dikeluarkan dari penjara
- Penglihatan nabi Ya’kub dikembalikan lagi
- Dibelahnya laut untuk menenggelamkan Bani Isra’il
- Dosa-dosa nabi Muhammad saw yang telah lampau dan yang akan datang diampuni oleh Allah swt.
- Hari pertama Allah swt menciptakan mahluk di dunia
- Hujan pertama yang diturunkan dari langit ke bumi[5]
- Keutamaan bulan Asyuro
Bulan Syuro mempunyai banyak keutamaan baik secara natural ataupun supra natural diantaranya adalah :
- Puasa Asyuro bisa menghapus dosa setahun yang sudah lampau
حديث غيلان بن جرير عن عبد الله بن معبد الزّماني عن أبي قتادة رضي الله عنه قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم ” صوم يوم عاشوراء يكفر العام الذي قبله” [6]
Artinya” Rasulullah Saw bersabda : puasa sehari pada tanggal sepuluh bulan muharram bisa menghapus dosa setahun sebelumnya.
Dilihat dari sisi redaksinya, hadits ini ingin menjabarkan bahwa betapa istimewanya puasa Asyuro yang mampu menghapus dosa setahun yang telah lampau. Yang barang tentu ritual puasa yang dilakukan sesuai dengan sistematika anjuran syariat yang ada.
- Puasa hari Asyuro pahalanya sama dengan puasa dalam satu tahun
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم ” أنزل الله تعالى على موسى بن عمران في التوراة من صام يوم عاشوراء فكأنما صام الدهر كله”[7].
Artinya” Rasulullah Saw bersabda: Allah Swt menurunkan kitab Taurat kepada Nabi Musa bin Imran yang berisi, bahwa barang siapa puasa hari Asyuro, maka dia seperti puasa dalam setahun.
Maksud dari sabda ini adalah adanya bentuk penghormatan kepada kitab Taurat yang diturunkan kepada Nabi Musa di puncak gunung Sinai Mesir. Dari wujud upaya perjuangan pendakian yang menghabiskan tenaga, ahkhirnya Nabi Musa mendapatkan kitab sucinya “Taurat”.
- Mendapatkan Sorga Al-Firdaus
وعن عائشة رضي الله عنها عن النبي صلى الله عليه وسلم إنه قال: من صام أيام العشر إلى يوم عاشوراء ورث الفردوس الأعلى”.[8]
Artinya: diriwayat dari Sayyidah Aisyah bahwa Nabi Muhammad Saw bersabda” bahwa barang siapa puasa mulai tanggal satu Muharrom sampai tanggal sepuluh Muharrom, maka dia mendapatkan sorga Firdaus”.
Bila ditilik dari nuansa hadits ini, Rasulullah Saw ingin mengatakan bahwa begitu besarnya pahala puasa dibulan muharrom ini, sehingga Allah swt memberikan sorga terbaiknya yatiu sorga Firdaus. Yang mana sebuah sorga yang hanya diberikan kepada hamba-hamba pilihan Allah Swt.
- Dilipat gandakan nilai sedekah
قيل: من صلى فيه أربع ركعات يقرأ في كل ركعة الحمد مرة وقل هوالله إحدى وخمسين مرة غفر الله له ذنوب خمسين عاما, ومن سقى في يوم عاشوراء شربة ماء سقاه الله يوم العطش الأكبر كأسا لم يظمأ بعده أبدا, وكأنما لم يعص الله طرفة عين, ومن تصدق فيه بصدقة كأنه لم يرد سائلا قط, ومن اغتسل وتطهر يوم عاشوراء لم يمرض في سنته إلا مرض الموت, ومن مسح فيه على رأس يتيم أو أحسن إليه فكأنما أحسن إلى أيتام أدم كلهم, ومن عاد مريضا في يوم عاشوراء فكأنما عاد مرضى أولاد أدم كلهم, وهو اليوم الذي خلق الله فيه العرش واللوح والقدم وهو اليوم الذي خلق الله فيه جبريل ورفع فيه عيس وهو اليوم الذي تقوم فيه الساعة.[9]
Artinya: Ulama salaf berkata” barang siapa sholat empat rokaat, yang mana pada setiap rokaatnya membaca surat al-Fatihah sekali dan membaca surat al-Ikhlas sebanyak lima puluh satu kali, niscaya Allah Swt mengampuni dosanya selama lima puluh tahun. Barang siapa memberikan minum di hari Asyuro, maka Allah Swt memberikannya minum diwaktu super dahaga dan dia tidak akan merasakan dahaga selamanya dan dia dicatat sebagai seorang hamba yang tidak pernah melakukan maksiat. Barang siapa bersedekah maka doanya akan dikabulkan. Barang siapa mandi dan bersuci di hari Asyuro, niscaya dia tidak akan mengalami sakit pada tahun itu kecuali sakit yang mengarah kepada kematian. Barang siapa mengusap kepala anak yatim, maka sama halnya dia mengusap kepala semua anak yatim. Barang siapa menjenguk orang sakit di hari Asyuro niscaya sama halnya dia menjenguk semua orang sakit. Ketahuilah bahwa hari Asyuro adalah hari dimana Allah Swt menciptakan Arsy, lauh dan kejadian-kejadian yang akan datang. Dan hari Asyuro adalah hari dimana Allah swt menciptakan malaikat jibril dan mengangkat nabi Isa ke sorga serta hari Asyuro adalah hari dimana terjadinya hari kiamat.
Penjelasan diatas memberikan sebuah pengertian terhadap kita, bahwa perilaku positif apapun yang kita lakukan di hari Asyuro, maka balasannya mendapatkan sesuatu yang lebih dan istimewa. Justru balasan yang ada tidak hanya dirasakan di dunia, akan tetapi di akhirat kelak juga.
- Allah Swt mewajibkan puasa pertama kali di hari Asyuro
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم ” إن الله عز وجل افترض على بني إسرائيل صوم يوم السنة, وهو يوم عاشوراء, وهو اليوم العاشر من المحرم, فصوموا ووسعوا على عيالكم فيه”.
Artinya: Rasulullah Saw bersabda” bahwa Allah swt mewajibkan kepada bani Israil untuk berpuasa sehari dalam satu tahun, yaitu puasa di hari Asyuro artinya puasa pada hari kesepuluh di bulan muharrom. Maka berpuasalah kalian semua dan berikanlah kesempatan yang lebih luas terhadap keluargamu untuk berpuasa pada hari ini.
Hadist ini, memberikan pemahaman kepada kita bahwa dulu, sebelum umat Nabi Muhammad Saw diwajibkan puasa bulan Ramadhan, mereka sudah diwajibkan untuk berpuasa pada hari Asyuro.maka sebenarnya puasa itu tidak hanya diwajibkan kepada umat Muhammad akan tetapi juga diwajibkan kepada umat-umat sebelumnya. Ini menandakan bahwa hari Asyuro merupakan hari yang penuh arti dan penuh makna. Maka barang siapa yang ingin merasakan keistimewaan hari Asyuro, maka harus melakukan ritualitas yang sudah tertera dan yang sudah ada.
- Penutup
Pada dasarnya, hukum alam juga sudah membuktikan bahwa segala sesuatu itu ada yang biasa dan ada yang istimewa. Ada yang tertata ada juga yang porak poranda, ada yang bermasalah dan juga ada yang penuh barokah. Dari rancang bangun ini perlu kiranya kita melakukan cerminan diri untuk menyiapkan manusia yang sejati di mata ilahi rabby. Dilain pihak tantangan-tantangan sudah pasti menjelma di depan mata dan harus kita siapka untuk menafikannya. Maka upaya untuk menjadi mahluk yang bisa selalu intropeksi jiwa raga merupakan sebuah keniscayaan
Footnote
[1] Dosen STAI Khozinatul Ulum Blora
[2] Syuaib bin Sa’ad bin Abdul Kafi, Al-Raudh al-Faiq fi al-Mawa’id wa al-Raqa’iq, Darul Kutub al-Ilmiah, Beirut, 2004, hal. 284
[3] Konon, kala itu Umar bin Khatab mengadakan pertemuan dengan beberapa punggawa pemerintahannya untuk menetapkan tahun baru. dan Ternyata pilihan majelis Khalifah ‘Umar tersebut adalah tahun di mana terjadi peristiwa Hijrah. Karena itulah, kalender islam ini biasa dikenal juga sebagai kalender hijriyah. Kalender tersebut dimulai pada 1 Muharram tahun peristiwa Hijrah atau bertepatan dengan 16 Juli 662 M. Peristiwa hijrah Nabi saw. sendiri berlangsung pada bulan Rabi’ul Awal 1 H atau September 622 M.
[4] Ibn Hajar dalam Fathul Bari, 7:268
[5] Syuaib bin Sa’ad bin Abdul Kafi, Al-Raudh al-Faiq fi al-Mawa’id wa al-Raqa’iq, op.cit., hal. 284
[6] HR Muslim, kitrab al-Siyam : 2746-2747
[7] Ali Hasan Ali, mausu’atu al-Ahadits wal atsar al-Dho’ifah wal maudhuah, Maktabah al-Ma’arif lin Nasyr, Riyad KSA, 1999, hal. 360
[8] Syuaib bin Sa’ad bin Abdul Kafi, Al-Raudh al-Faiq fi al-Mawa’id wa al-Raqa’iq, op.cit., hal. 284
[9] Syuaib bin Sa’ad bin Abdul Kafi, Al-Raudh al-Faiq fi al-Mawa’id wa al-Raqa’iq, op.cit., hal. 284